Archive for November 2016
Tentang Tetelo
Tetelo atau Newcastle Disease (ND)
merupakan salah satu penyakit pada unggas (ayam, burung, dll) yang hingga kini
belum bisa diobati. Satu-satunya upaya yang bisa dilakukan adalah pencegahan,
misalnya vaksinasi ND.
Ciri burung yang kena tetelo antara lain :
- Hidung berair
- Nafas terdengar kasar (mengorok)
- Sayap turun lemas dan terlihat terkulai
- Kaki tidak bertenaga (lumpuh)
- Kepala terkulai bahkan memutar
- Ciri lain dari penyakit tetelo pada Burung Hantu dan unggas adalah feses yang berwarna hijau terang.
https://id.wikipedia.org |
Cara Mengatasi dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu bisa menggunakan
tanaman obat sebagai pilihan alternatif vaksinasi melalui air minum, dan bisa
dilakukan siapapun tanpa memerlukan keterampilan khusus. Sebenarnya vaksinasi
ND seperti yang diterapkan pada ayam tidak selalu menggunakan jarum suntik. Day
Old Chicken (DOC) umur 4 hari misalnya, biasanya divaksin melalui tetes mata.
Pada umur 4 minggu divaksin lagi melalu air minum. Saat berumur 4 bulan, ayam
produktif kembali divaksin melalui suntikan / injeksi, dan peternak besar
biasanya mengulanginya lagi setiap 4 bulan sekali.
Melihat pengalaman para peternak ayam, sebenarnya burung bisa juga
diberi vaksinasi melalui dua cara awal, yaitu diteteskan pada mata dan
diberikan melalui air minum. Tetapi karena vaksin membutuhkan penanganan
khusus, misalnya harus disimpan dalam suhu dingin, tidak boleh terpapar sinar
matahari secara langsung, dan harus habis saat itu juga, hal seperti ini tentu
merepotkan pemelihara maupun penangkar burung. Belum lagi mengenai biaya
pembelian vaksin yang tidak bisa dibilang murah.
Beberapa faktor di atas menjadi alasan mengapa selama ini jarang ada
kicaumania, penangkar burung, dan owner sai Burung Hantu yang mau melakukan
vaksinasi ND terhadap burung-burungnya. Hal ini nampaknya juga dialami para
peternak ayam bangkok, yang rata-rata kepemilikan ternaknya tidak mencapai 100
ekor, di mana mereka jarang melakukan vaksinasi ND. Celakanya, setiap
pergantian musim, sebagaimana terakhir terjadi dalam periode Oktober – November
lalu, beberapa jenis burung seperti murai batu, lovebird, dan merpati, maupun
ayam bangkok yang mati akibat terserang tetelo.
Tidak sembuh total
Tetelo bisa
menyerang jenis burung apapun termasuk Burung Hantu. Karena
tingkat kematiannya 90 – 100 %, berarti masih ada kemungkinan (meski kecil,
hanya 10%) untuk bertahan. Tetapi burung yang sembuh atau bisa bertahan
hidup biasanya meninggalkan beberapa “cacat”, misalnya masih terlihat sering
gela-gelo (memutarkan kepalanya). Beberapa merpati balap yang pernah terserang tetelo memang masih
bisa terbang, tetapi jelas tak bisa fokus seperti dulu. Begitu juga dengan
burung perkutut dan burung berkicau. Di tengah lomba, ketika ia bermaksud
mengeluarkan suara, tekukan kepala jelas akan mengubah volume dan irama
lagunya.
Bahkan kalau
mau dijadikan indukan saja, burung jantan yang pernah terserang tetelo masih
berpotesi melimpahkan sebagian virusnya melalui sperma yang masuk ke oviduct
dan ovarium burung betina, dan membuahi sel telur (ovum). Demikian pula pada
burung betina, di mana sebagian virus ND bisa terbawa sampai ke sel telurnya.
Ketika telur menetas, maka piyik pun sudah membawa benih virus ND.
Oleh karena itu,
dalam konteks penangkaran, memelihara burung lomba, atau dalam Memelihara Burung Hantu, saya cenderung menganjurkan untuk memisahkannya. Meski sembuh, burung ini sebenarnya tidak sembuh secara total.
Terbukti beberapa gejala gangguan saraf masih sesekali muncul, seperti
gela-gelo. Di dalam tubuhnya masih terdapat virus ND, yang sewaktu-waktu bisa
muncul dan menulari burung yang sehat. Memang sayang apabila burung harus dipisahkan, tetapi
menyelamatkan yang lebih sehat adalah sebuah pilihan yang bijak.
Melihat
berbagai pengalaman pahit yang pasti selalu terjadi setiap pancaroba, ada
baiknya kita memberi perhatian lebih serius terhadap ancaman tetelo. Penerapan
vaksinasi secara tradisional melalui tanaman obat mungkin bisa menjadi solusi
awal yang bisa diterapkan pemelihara atau penangkar burung, apalagi obat herbal
memiliki sifat yang sangat aman bagi makhluk hidup. Ada tiga resep
tradisional yang cukup cespleng dan aman dikonsumsi burung. Disebut cespleng,
karena memang sudah diuji coba beberapa kali. Dikatakan aman dikonsumsi, karena
semua bahannya bersifat herbal atau dari tanaman obat. Silakan dipilih resep
mana yang diinginkan, dan saya akan membeberkan beberapa kondisi faktual dari
masing-masing resep.
Resep Om Alief Ardi
Resep ini saya
dapatkan dari Om Alief Ardi, yang sejak muda gemar mengutak-atik pakan dan
breeding ayam. Beliau sarjana kehutanan dari IPB, dan sekarang sedang menempuh
S2 di Kota Semarang. Resep ini awalnya untuk konsumsi ayam-ayam piaraannya,
tetapi bisa juga diterapkan untuk unggas lainnya termasuk burung berkicau,
merpati, derkuku, perkutut, termasuk Burung Hantu.
Bahan yang harus disiapkan :
- Daun papaya
- Temuireng
- Temulawak
- Kulit bawang putih
- Kulit bawang merah
- Daun teh
- Daun salam
- Daun singkong
NB: tidak ada takaran mengenai
bahan-bahan di atas, karena sifatnya seperti jamu godokan. Jadi silakan gunakan
bahan seperlunya.
Cara pembuatan :
- Semua bahan diiris tipis-tipis, masukkan ke dalam panci berisi air, dan direbus sampai mendidih.
- Setelah mendidih, matikan kompor, dan diamkan ramuan ini beberapa saat sampai suhunya menjadi hangat-hangat kuku.
- Air rebusan disaring.
- Ampasnya jangan dibuang, karena masih bisa digunakan untuk campuran pakan basah pada itik / ayam, atau dikeringkan untuk dicampur dengan voer burung. Ampas ini juga dapat membantu mencegah burung dari berbagai penyakit akibat virus dan bakteri, termasuk tetelo dan flu burung.
Cara pakai :
- Untuk burung yang biasa dipegang, air rebusan ini bisa diteteskan langsung ke paruh burung, dengan dosis 2 sendok makan (sekitar 5 ml atau 5 cc).
- Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 1 bagian air rebusan bisa dicampurkan ke dalam 3 – 4 bagian air minum.
- Menjelang pancaroba atau pergantian musim (Oktober – November dan April – Mei), ramuan ini bisa berikan setiap 2-3 hari sekali.
- Di luar musim pancaroba, pemberian cukup 1 minggu sekali.
- Sebagian bahan ini juga digunakan para peternak ayam organik di Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati dan sejauh ini bebas dari segala jenis penyakit yang disebabkan virus dan bakteri: dua sumber penyakit yang paling sering menyebabkan kematian.
Resep Om Selo Semar
Om Selo Semar
adalah penggemar merpati dari Semarang, yang juga piawai dalam merawat dan
melatih merpati balap dan merpati tinggian. Beberapa kali jagoannya terkena
penyakit yang menurutnya tetelo, dan sembuh berkat ramuan bikinannya sendiri. Menurut saya
pribadi, sebenarnya merpati Om Selo Semar dalam kondisi bisa bertahan hidup,
tapi tidak benar-benar sembuh. Ia termasuk bagian dari 10% burung yang selamat
dari keganasan tetelo, mungkin karena virus yang menyerangnya termasuk
tingkatan rendah (tipe lentogenik). Apalagi dia pun mengatakan, meski sudah
sembuh, dan bisa terbang normal, namun masih sedikit gela-gelo.
Bagaimana pun,
kita tetap harus memberikan apreasiasi terhadap upaya Om Selo yang
menyelamatkan burung dari kematian melalui ramuannya. Dan, saya yakin, ramuan
yang pernah dipakai untuk pengobatan ini juga cespleng untuk mencegah penyakit
tetelo.
Bahan yang dibutuhkan :
- Madu murni
- Kencur
- Kunyit
- Kuning telur
- Kunci
- Ubi teki
NB: Resep ini juga tidak memiliki
takaran pasti, silakan gunakan seperlunya.
Cara pembuatan:
- Semua bahan (kecuali madu), dicuci bersih, dikupas kulitnya, dan dihancurkan / ditumbuk hingga menjadi pasta.
- Aduk pasta hingga semua bagian tercampur merata, sambil sedikit demi sedikit ditambahkan madu murni.
- Pasta yang kental dan tercampur merata dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, disesuaikan dengan butiran yang biasa dikonsumsi burung. Misalnya, karena merpati dan lovebird terbiasa makan jagung, ukuran butiran pasta ini setara dengan ukuran biji jagung. Jika burung terbiasa makan voer, butiran bisa dibuat seukuran butiran voer tersebut.
Cara pakai :
- Untuk pencegahan, dosis bisa 2-3 hari sekali selama masa pancaroba, cukup 1 butir saja.
- Untuk pencegahan di luar masa pancaroba, dosis 1 butir dan diberikan seminggu sekali.
- Untuk pengobatan, sebagaimana diterapkan Om Selo, dosis 1 butir sehari sekali, selama 3 hari berturut-turut atau sampai sembuh.
Resep tunggal daun pepaya
Resep ini hanya
menggunakan daun pepaya yang sudah tua namun yang belum
menguning.
Cara pembuatan :
- Iris daun pepaya menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kemudian diletakkan dalam mangkok atau wadah sejenis.
- Tambahkan air matang sebanyak 100 ml ke dalam mangkok.
- Peras daun pepaya, sehingga warna air akan berubah menjadi hijau pekat.
- Saring airnya saja, sehingga bersih dari sisa-sisa daun pepaya.
Cara pakai :
- Untuk burung yang biasa dipegang, ekstrak daun pepaya sebanyak 5 ml (setara 2 sendok makan) langsung dimasukkan ke paruh burung. Berikan secara pelan-pelan.
- Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 5 ml ekstrak daun pepaya bisa dicampurkan ke dalam 50 ml air minum.
- Untuk pencegahan di musim pancaroba, pemberian jamu bisa dilakukan 2-3 hari sekali.
- Untuk pencegahan di luar masa pancaroba, pemberian jamu cukup seminggu sekali.
- Untuk pengobatan burung yang terserang tetelo, dosisnya 3x sehari selama 2 hari berturu-turut. Pada hari ketiga, dosis pemberian dikurangi menjadi 2x sehari sampai sembuh (ingat, sembuhnya tidak total, tetapi bisa membantu mempertahankan hidup burung).
Silakan memilih dan mencoba salah
satu resep di atas, yang tetap aman untuk burung karena berasal dari tanaman
obat.
Obat-obatan Instan
Pilihan terakhir Cara Mengatasi
dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu bisa menggunakan obat yang aman dan sudah teruji yang
sudah banyak beredar dipasaran, diantaranya :
Anti Saraf
Obat Anti Saraf
ini diformulasikan oleh Praktisi Spesialis Burung Dr. Drh Edi Boedi Santosa MP.
Obat ini bisa dibilang cukup manjur dalam Mengatasi dan
Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu karena memang penyakit ND menyerang saraf si burung. Berdasarkan
pengalaman pribadi saya, obat ini mampu menyelamatkan Celepuk saya (BurungHantu yang paling rentan terserang ND adalah Celepuk) yang terserang tetelo
hingga 4x. Saran saya jangan terlalu sering memberikan jangkrik pada BurungHantu (terutama pemakan serangga seperti Celepuk dan Javan Owlet) karena memang
terlalu banyak jangkrik kurang bagus, bahkan dikalangan kicaumania.
Dosis pemberian
Anti Saraf :
- Piyik/Anakan : 3x sehari 2 tetes
- Dewasa : 3x sehari 3 tetes
NB: Jika gejala
tetelo sudah hilang, mohon hentikan pemberian obat.
Itulah beberapa CaraMengatasi dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu semoga bermanfaat dan membantu.
Salam Nokturnal :)
Diadaptasi dari
:
http://www.omkicau.com
http://jual-beli-hewan-peliharaan.blogspot.co.id