Archive for 2016
Tentang Tetelo
Tetelo atau Newcastle Disease (ND)
merupakan salah satu penyakit pada unggas (ayam, burung, dll) yang hingga kini
belum bisa diobati. Satu-satunya upaya yang bisa dilakukan adalah pencegahan,
misalnya vaksinasi ND.
Ciri burung yang kena tetelo antara lain :
- Hidung berair
- Nafas terdengar kasar (mengorok)
- Sayap turun lemas dan terlihat terkulai
- Kaki tidak bertenaga (lumpuh)
- Kepala terkulai bahkan memutar
- Ciri lain dari penyakit tetelo pada Burung Hantu dan unggas adalah feses yang berwarna hijau terang.
https://id.wikipedia.org |
Cara Mengatasi dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu bisa menggunakan
tanaman obat sebagai pilihan alternatif vaksinasi melalui air minum, dan bisa
dilakukan siapapun tanpa memerlukan keterampilan khusus. Sebenarnya vaksinasi
ND seperti yang diterapkan pada ayam tidak selalu menggunakan jarum suntik. Day
Old Chicken (DOC) umur 4 hari misalnya, biasanya divaksin melalui tetes mata.
Pada umur 4 minggu divaksin lagi melalu air minum. Saat berumur 4 bulan, ayam
produktif kembali divaksin melalui suntikan / injeksi, dan peternak besar
biasanya mengulanginya lagi setiap 4 bulan sekali.
Melihat pengalaman para peternak ayam, sebenarnya burung bisa juga
diberi vaksinasi melalui dua cara awal, yaitu diteteskan pada mata dan
diberikan melalui air minum. Tetapi karena vaksin membutuhkan penanganan
khusus, misalnya harus disimpan dalam suhu dingin, tidak boleh terpapar sinar
matahari secara langsung, dan harus habis saat itu juga, hal seperti ini tentu
merepotkan pemelihara maupun penangkar burung. Belum lagi mengenai biaya
pembelian vaksin yang tidak bisa dibilang murah.
Beberapa faktor di atas menjadi alasan mengapa selama ini jarang ada
kicaumania, penangkar burung, dan owner sai Burung Hantu yang mau melakukan
vaksinasi ND terhadap burung-burungnya. Hal ini nampaknya juga dialami para
peternak ayam bangkok, yang rata-rata kepemilikan ternaknya tidak mencapai 100
ekor, di mana mereka jarang melakukan vaksinasi ND. Celakanya, setiap
pergantian musim, sebagaimana terakhir terjadi dalam periode Oktober – November
lalu, beberapa jenis burung seperti murai batu, lovebird, dan merpati, maupun
ayam bangkok yang mati akibat terserang tetelo.
Tidak sembuh total
Tetelo bisa
menyerang jenis burung apapun termasuk Burung Hantu. Karena
tingkat kematiannya 90 – 100 %, berarti masih ada kemungkinan (meski kecil,
hanya 10%) untuk bertahan. Tetapi burung yang sembuh atau bisa bertahan
hidup biasanya meninggalkan beberapa “cacat”, misalnya masih terlihat sering
gela-gelo (memutarkan kepalanya). Beberapa merpati balap yang pernah terserang tetelo memang masih
bisa terbang, tetapi jelas tak bisa fokus seperti dulu. Begitu juga dengan
burung perkutut dan burung berkicau. Di tengah lomba, ketika ia bermaksud
mengeluarkan suara, tekukan kepala jelas akan mengubah volume dan irama
lagunya.
Bahkan kalau
mau dijadikan indukan saja, burung jantan yang pernah terserang tetelo masih
berpotesi melimpahkan sebagian virusnya melalui sperma yang masuk ke oviduct
dan ovarium burung betina, dan membuahi sel telur (ovum). Demikian pula pada
burung betina, di mana sebagian virus ND bisa terbawa sampai ke sel telurnya.
Ketika telur menetas, maka piyik pun sudah membawa benih virus ND.
Oleh karena itu,
dalam konteks penangkaran, memelihara burung lomba, atau dalam Memelihara Burung Hantu, saya cenderung menganjurkan untuk memisahkannya. Meski sembuh, burung ini sebenarnya tidak sembuh secara total.
Terbukti beberapa gejala gangguan saraf masih sesekali muncul, seperti
gela-gelo. Di dalam tubuhnya masih terdapat virus ND, yang sewaktu-waktu bisa
muncul dan menulari burung yang sehat. Memang sayang apabila burung harus dipisahkan, tetapi
menyelamatkan yang lebih sehat adalah sebuah pilihan yang bijak.
Melihat
berbagai pengalaman pahit yang pasti selalu terjadi setiap pancaroba, ada
baiknya kita memberi perhatian lebih serius terhadap ancaman tetelo. Penerapan
vaksinasi secara tradisional melalui tanaman obat mungkin bisa menjadi solusi
awal yang bisa diterapkan pemelihara atau penangkar burung, apalagi obat herbal
memiliki sifat yang sangat aman bagi makhluk hidup. Ada tiga resep
tradisional yang cukup cespleng dan aman dikonsumsi burung. Disebut cespleng,
karena memang sudah diuji coba beberapa kali. Dikatakan aman dikonsumsi, karena
semua bahannya bersifat herbal atau dari tanaman obat. Silakan dipilih resep
mana yang diinginkan, dan saya akan membeberkan beberapa kondisi faktual dari
masing-masing resep.
Resep Om Alief Ardi
Resep ini saya
dapatkan dari Om Alief Ardi, yang sejak muda gemar mengutak-atik pakan dan
breeding ayam. Beliau sarjana kehutanan dari IPB, dan sekarang sedang menempuh
S2 di Kota Semarang. Resep ini awalnya untuk konsumsi ayam-ayam piaraannya,
tetapi bisa juga diterapkan untuk unggas lainnya termasuk burung berkicau,
merpati, derkuku, perkutut, termasuk Burung Hantu.
Bahan yang harus disiapkan :
- Daun papaya
- Temuireng
- Temulawak
- Kulit bawang putih
- Kulit bawang merah
- Daun teh
- Daun salam
- Daun singkong
NB: tidak ada takaran mengenai
bahan-bahan di atas, karena sifatnya seperti jamu godokan. Jadi silakan gunakan
bahan seperlunya.
Cara pembuatan :
- Semua bahan diiris tipis-tipis, masukkan ke dalam panci berisi air, dan direbus sampai mendidih.
- Setelah mendidih, matikan kompor, dan diamkan ramuan ini beberapa saat sampai suhunya menjadi hangat-hangat kuku.
- Air rebusan disaring.
- Ampasnya jangan dibuang, karena masih bisa digunakan untuk campuran pakan basah pada itik / ayam, atau dikeringkan untuk dicampur dengan voer burung. Ampas ini juga dapat membantu mencegah burung dari berbagai penyakit akibat virus dan bakteri, termasuk tetelo dan flu burung.
Cara pakai :
- Untuk burung yang biasa dipegang, air rebusan ini bisa diteteskan langsung ke paruh burung, dengan dosis 2 sendok makan (sekitar 5 ml atau 5 cc).
- Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 1 bagian air rebusan bisa dicampurkan ke dalam 3 – 4 bagian air minum.
- Menjelang pancaroba atau pergantian musim (Oktober – November dan April – Mei), ramuan ini bisa berikan setiap 2-3 hari sekali.
- Di luar musim pancaroba, pemberian cukup 1 minggu sekali.
- Sebagian bahan ini juga digunakan para peternak ayam organik di Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati dan sejauh ini bebas dari segala jenis penyakit yang disebabkan virus dan bakteri: dua sumber penyakit yang paling sering menyebabkan kematian.
Resep Om Selo Semar
Om Selo Semar
adalah penggemar merpati dari Semarang, yang juga piawai dalam merawat dan
melatih merpati balap dan merpati tinggian. Beberapa kali jagoannya terkena
penyakit yang menurutnya tetelo, dan sembuh berkat ramuan bikinannya sendiri. Menurut saya
pribadi, sebenarnya merpati Om Selo Semar dalam kondisi bisa bertahan hidup,
tapi tidak benar-benar sembuh. Ia termasuk bagian dari 10% burung yang selamat
dari keganasan tetelo, mungkin karena virus yang menyerangnya termasuk
tingkatan rendah (tipe lentogenik). Apalagi dia pun mengatakan, meski sudah
sembuh, dan bisa terbang normal, namun masih sedikit gela-gelo.
Bagaimana pun,
kita tetap harus memberikan apreasiasi terhadap upaya Om Selo yang
menyelamatkan burung dari kematian melalui ramuannya. Dan, saya yakin, ramuan
yang pernah dipakai untuk pengobatan ini juga cespleng untuk mencegah penyakit
tetelo.
Bahan yang dibutuhkan :
- Madu murni
- Kencur
- Kunyit
- Kuning telur
- Kunci
- Ubi teki
NB: Resep ini juga tidak memiliki
takaran pasti, silakan gunakan seperlunya.
Cara pembuatan:
- Semua bahan (kecuali madu), dicuci bersih, dikupas kulitnya, dan dihancurkan / ditumbuk hingga menjadi pasta.
- Aduk pasta hingga semua bagian tercampur merata, sambil sedikit demi sedikit ditambahkan madu murni.
- Pasta yang kental dan tercampur merata dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, disesuaikan dengan butiran yang biasa dikonsumsi burung. Misalnya, karena merpati dan lovebird terbiasa makan jagung, ukuran butiran pasta ini setara dengan ukuran biji jagung. Jika burung terbiasa makan voer, butiran bisa dibuat seukuran butiran voer tersebut.
Cara pakai :
- Untuk pencegahan, dosis bisa 2-3 hari sekali selama masa pancaroba, cukup 1 butir saja.
- Untuk pencegahan di luar masa pancaroba, dosis 1 butir dan diberikan seminggu sekali.
- Untuk pengobatan, sebagaimana diterapkan Om Selo, dosis 1 butir sehari sekali, selama 3 hari berturut-turut atau sampai sembuh.
Resep tunggal daun pepaya
Resep ini hanya
menggunakan daun pepaya yang sudah tua namun yang belum
menguning.
Cara pembuatan :
- Iris daun pepaya menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kemudian diletakkan dalam mangkok atau wadah sejenis.
- Tambahkan air matang sebanyak 100 ml ke dalam mangkok.
- Peras daun pepaya, sehingga warna air akan berubah menjadi hijau pekat.
- Saring airnya saja, sehingga bersih dari sisa-sisa daun pepaya.
Cara pakai :
- Untuk burung yang biasa dipegang, ekstrak daun pepaya sebanyak 5 ml (setara 2 sendok makan) langsung dimasukkan ke paruh burung. Berikan secara pelan-pelan.
- Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 5 ml ekstrak daun pepaya bisa dicampurkan ke dalam 50 ml air minum.
- Untuk pencegahan di musim pancaroba, pemberian jamu bisa dilakukan 2-3 hari sekali.
- Untuk pencegahan di luar masa pancaroba, pemberian jamu cukup seminggu sekali.
- Untuk pengobatan burung yang terserang tetelo, dosisnya 3x sehari selama 2 hari berturu-turut. Pada hari ketiga, dosis pemberian dikurangi menjadi 2x sehari sampai sembuh (ingat, sembuhnya tidak total, tetapi bisa membantu mempertahankan hidup burung).
Silakan memilih dan mencoba salah
satu resep di atas, yang tetap aman untuk burung karena berasal dari tanaman
obat.
Obat-obatan Instan
Pilihan terakhir Cara Mengatasi
dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu bisa menggunakan obat yang aman dan sudah teruji yang
sudah banyak beredar dipasaran, diantaranya :
Anti Saraf
Obat Anti Saraf
ini diformulasikan oleh Praktisi Spesialis Burung Dr. Drh Edi Boedi Santosa MP.
Obat ini bisa dibilang cukup manjur dalam Mengatasi dan
Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu karena memang penyakit ND menyerang saraf si burung. Berdasarkan
pengalaman pribadi saya, obat ini mampu menyelamatkan Celepuk saya (BurungHantu yang paling rentan terserang ND adalah Celepuk) yang terserang tetelo
hingga 4x. Saran saya jangan terlalu sering memberikan jangkrik pada BurungHantu (terutama pemakan serangga seperti Celepuk dan Javan Owlet) karena memang
terlalu banyak jangkrik kurang bagus, bahkan dikalangan kicaumania.
Dosis pemberian
Anti Saraf :
- Piyik/Anakan : 3x sehari 2 tetes
- Dewasa : 3x sehari 3 tetes
NB: Jika gejala
tetelo sudah hilang, mohon hentikan pemberian obat.
Itulah beberapa CaraMengatasi dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu semoga bermanfaat dan membantu.
Salam Nokturnal :)
Diadaptasi dari
:
http://www.omkicau.com
http://jual-beli-hewan-peliharaan.blogspot.co.id
Cara Mengatasi dan Mengobati Tetelo Pada Burung Hantu
Sebenarnya cukup
banyak Cara membedakan jenis kelamin pada Burung Hantu, setiap metode
pasti memiliki kelebihan
dan kekurangannya
tersendiri. Berikut beberapa metode untuk membedakan jenis kelamin
burung jantan & betina.
1. Meode Pengamatan
*Pengamatan
Fisik
Metode yang paling mudah adalah dengan melakukan pengamatan tampilan fisik
si burung. Beberapa
jenis burung memiliki corak tampilan yang sangat berbeda antara jantan dan
betina, namun sayangnya sebagian besar burung pemangsa memiliki corak yang
similar antara jantan dan betina. Sebagai contoh, banyak yang
mengatakan bedanya Barn Owl (Tyto Alba) jantan dan betina ada pada warna bulu
dadanya. Jika Barn Owl tersebut jantan, maka warna bulu dada dominan berwana
Putih dan pada burung betina warna bulu dada dominan Coklat. Namun hal tersebut
belum tentu benar 100%, karena bisa saja perbedaan warna tersebut dipengaruhi
oleh cuaca dan iklim lingkungan sekitar atau memang ada bawaan dari gen
sebelumnya.
Metode yang lain adalah dengan melihat ukuran tubuh. Ukuran tubuh burung betina biasanya
cenderung lebih besar dibandingkan burung jantan. Metode ini menjadi susah ketika kita
hanya memiliki seekor burung sehingga tidak memiliki burung lain sebagai
pembanding. metode ini juga kurang bisa memberi jawaban pasti karena ukuran
tidak serta merta dipengaruhi oleh jenis kelamin, akan tetapi juga dipengaruhi
gen sebelumnya, kecukupan nutrisi, serta penyakit yang diderita burung. Namun
metode ini bisa cukup efektif apabila anda mengadopsi burung dalam satu sarang,
lebih bagus lagi jika terdapat induknya juga.
*Pengamatan
Perilaku
Melakukan pengamatan perilaku (behavioral identification), umunya
dilakukan oleh pengamat atau peneliti burung di alam liar. hipotesa umum dari
metode ini bahwa burung jantan cenderung lebih aktif dan memiliki mobilitas
yang tinggi, sedangkan burung betina cenderung lebih tenang. Burung jantan cenderung lebih aktif karena secara hierarki gender, dia harus menjaga wilayah dengan
cara bersuara memekik sebagai bentuk gertakan atau menghalau penyusup yang coba
mengganggu wilayah teritorialnya. Perilaku lebih aktif juga ditunjukkan burung jantan sebagai upaya untuk menarik perhatian burung betina saat
tiba musim kawin,
sedangkan burung betina lebih bersikap menunggu impuls dari jantan baru kemudian akan memberi respon. Kekurangan metode ini tidak bisa
memberikan jawaban yang meyakinkan jika burung pemangsa yang kita pelihara
tidak di alam liar.
*Metode Supit Urang
Tentu bagi
penghobi burung (terutama burung merpati) sudah tidak asing lagi dengan metode
ini. Yap! Metode ini bisa dilakukan dengan meraba pada supit urang (tulang pubis)
si burung. Metode
ini cukup efektif karena
instrumen yang digunakan adalah anatomi dari burung itu sendiri, bukan hanya dari pengamatan
tampilan dan ukuran. Metode ini dinamakan metode palpasi supit urang. Palpasi pada supit merupakan teknik perabaan dengan jari tangan kita
ke bagian supit urang (tulang pubis) burung. Tulang supit urang berada di ujung
anus (lihat ilustrasi
gambar berikut).
(infovisual.info) |
Jika
jarak antara kedua supit urang renggang dan tulangnya terasa seperti tulang
rawan (lunak dan cenderung dinamis) burung tersebut adalah burung betina,
Sebaliknya pada bagian supit urang jantan jarak antara kedua supit urang lebih
rapat dan terasa lebih kaku, bahkan terasa tajam ketika diraba. Kekurangannya, metode ini baru bisa 100% akurat
ketika burung telah menginjak usia remaja, dan akan sangat kentara ketika
burung berada pada tahap birahi (breeding session).
2. Metode Tes DNA
Metode ini adalah metode paling akurat
untuk membedakan jenis kelamin pada burung. Karena metode ini dilakukan melalui
uji laboratorium dengan cara mengambil sampel dari si burung, pada umunya
sampel yang diambil diantaranya darah, bulu, kotoran, dan bahkan air liur. Metode
ini sangat direkomendasikan terutama untuk membedakan burung yang secara fisik
dan tampilan antara jantan dan betina tidak ada perbedaannya, burung-burung
tersebut biasanya dari jenis paruh bengkok (parbeng) seperti : Sun Conure, Macaw, African Grey, dan jenis paruh bengkok lainnya. Biaya tes DNA
pada burung sendiri bermacam-macam, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan
rupiah.
Sun Conure (singing-wings-aviary.com) |
Macaw (pinterest.com) |
African Grey (parrotfeather.com) |
Itulah beberapa Cara membedakan jenis kelamin pada Burung Hantu semoga bermanfaat dan
membantu. Salam Nokturnal :)
Diadaptasi dari:
awfalconry.com (dengan perubahan dan penambahan)
Cara membedakan jenis kelamin pada Burung Hantu
Tahapan cara melatih Burung Hantu harus diketahui oleh para pecinta burung hantu, agar burung hantu miliknya tidak
manja dan melatih insting berburunya agar tidak hilang. Berikut adalah Tahapan cara melatih Burung Hantu.
- Langkah pra-trainig, yaitu burung hantu yang baru diadopsi baik dari umur chick, brancher, juvennile, ataupun sudah mature sebaiknya di diamkan dahulu dalam suatu ruangan selama 2-3 hari agar beradaptasi dengan lingkungan barunya sambil tetap di beri makan dengan sering dipanggil namanya. Jika sudah terbiasa, secara otomatis si owl akan merespon ketika dipanggil namanya.
Adaptasi (kaskus.co.id) - Jika langkah diatas sukses, bisa dilanjutkan ke langkah Training yang pertama. Yaitu dengan melatihnya FOF (Feed On Fist) atau makan diatas tangan. Pada langkah ini, biasakan dahulu si burung hantu agar mau “nangkring” ditangan anda. Setelah terbiasa, beri dia makan diatas tangan anda sambil terus dipanggil-panggil namanya serta sering-sering diajak ngobrol agar burung hantu anda terbiasa dan tidak takut dengan anda. Ulangi langkah ini sampai burung hantu terbiasa dan tidak sungkan lagi makan diatas tangan anda.
FOF (sciencedaily.com) |
- Langkah kedua yaitu melatihnya unuk JTTF (Jump To The Fist)
atau lompat ke tangan. Langkah
ini bisa dilakukan dengan menaruh burung hantu di tempat yang agak tinggi
seperti diatas meja atau di senderan kursi atau mungkin Perch/tangkringannya, kemudian anda menaruh pakan di tangan anda. Panggil nama burung hantu anda dan biarkan hingga si burung hantu melompat ke tangan anda, ulangi
lagi hingga latihan JTTF ini benar-benar dikuasai burung hantu anda. Jika
langkah kedua dalam melatih burung hantu ini sudah berhasil dan burung hantu
tidak lagi sungkan untuk menghampiri pakannya, anda bisa lanjutkan ke cara
melatih burung hantu yang ketiga.
JTTF (jpjweblog.blogspot.com)
- Langkah selanjutnya adalah melatih burung hantu FTTF (FlyTo The Fist) atau terbang ke tangan anda ketika dipanggil. Pertama-tama taruh atau tenggerkan burung hantu anda di tempat yang agak tinggi seperti senderan kursi atau meja, lalu buat jarak kira-kira satu setengah meter dari tempat burung hantu tersebut. Taruh makanan burung hantu di telapak tangan anda dan tunjukkan kepada burung hantu tersebut dan jangan lupa untuk memanggil namanya, tunggu hingga burung hantu tersebut terbang ke arah anda, hinggap di tangan anda, dan menyambar makanan di tangan anda,jangan lupa gunakan tali panjang sebagai pengaman agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti burung escape/kabur. Lakukan hal tersebut berulang-ulang hingga burung hantu tersebut terbiasa. Kemudian ulangi hal diatas dengan jarak yang lebih jauh, 2,5 meter atau 3,5 meter, dan lakukan terus hingga burung hantu tersebut tidak sungkan dan tidak takut lagi. Ulangi langkah tersebut terus menerus dengan jarak yang terus bertambah hingga akhirnya burung hantu anda bisa nyaman dan percaya dengan anda.
FTTF (hawk-conservancy.org) |
- Langkah terakhir
adalah melatihnya FF (Free Fly) atau terbang bebas. Perlu saya ingatkan burung
hantu yang hendak dilatih
free flight haruslah benar-benar telah melewati langkah-langkah latihan burung hantu sebelumnya dengan lancar dan sudah sangat percaya pada
owner nya. Burung hantu yang dilatih free flight sudah menganggap pemiliknya
sebagai sahabat, sebagai partner, bukan sebagai pemilik, bukan sebagai owner, karena pada langkah ini burung sudah
tidak menggunakan tali pengaman lagi yang digunakan pada langkah sebelumnya.
Latihan free fly bisa
dilakukan di lapangan luas. Anda bisa mengajak teman untuk latihan ini. Caranya
adalah dengan menempatkan burung hantu di ujung lapangan dan anda berdiri di
ujung lain dalam jarak kira-kira 30 meter. Panggil burung hantu anda dengan
menggunakan peluit atau dipanggil namanya, bisa juga dipancing dengan makanan
kesukaan. Jika burung hantu anda terbang menghampiri anda, berarti latihan free
fly ini berhasil dilakukan.
Sekilas, latihan free flight memang mirip latihan burung hantu yang sebelumnya,
yaitu fly to the fist.
Bedanya latihan free flight dan latihan fly to the fist pada burung hantu
adalah jarak dan tingkat kepatuhan burung hantu tersebut. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
latihan fly to the fist dulu sebelum latihan free fly dilakukan.
FF (talon-falconry.co.uk)
Diadaptasi
dari : http://jual-beli-hewan-peliharaan.blogspot.co.id/
Tahapan cara melatih Burung Hantu
Berikut ini adalah istilah Internasional dalam dunia pecinta Burung hantu atau burung pemangsa (BOP) lain :
-Equipment/perlengkapan khusus :
- Perch : Tempat tangkringan / tenggeran untuk burung hantu.
Bow Perch |
Block Perch https://awfalconry.com |
- Anklet: Tali yang terbuat dari kulit untuk mengikat kaki burung hantu, semacam gelang untuk kakinya.
- Jesse: Tali pendek dari kulit yang bisa dihubungkan dengan anklet.
- Swivel: Perangkat dari logam yang memiliki poros berputar, yang memungkinan tali yang diikat pada kakinya tidak terbelit.
- Leash : Tali setelah Swivel yang digunakan untuk mengikat burung hantu saat berada di perch.
- Hook : Perangkat dari logam setelah leash yang dikaitkan ke pangkal perch sebagai pengaman agar burung tidak escape/kabur
https://awfalconry.com |
- Lure : Perlengkapan berbentuk seperti burung (flying lure) dan kelinci/tupai (ground lure) yang digunakan untuk melatihnya berburu.
Flying Lure https://northwoodsfalconry.com |
Ground Lure https://apfalconry.proboards.com |
- Hawk/Owl box (Giant Hood) : Kotak kayu untuk membawa burung hantu/BOP lain saat akan bepergian.
https://apfalconry.proboards.com |
- Glove : Sarung tangan khusus yang terbuat dari kulit unuk menghindari luka karena tajamanya cakar burung hantu
https://awfalconry.com |
https://123rf.com |
-Umur :
- Chick : Anakan burung yang masih memiliki bulu seperti kapas.
- Brancher : Burung hantu muda yang sudah berbulu lengkap, tetapi belum mampu terbang.
- Juvenile : Burung hantu muda yang sudah mampu berburu sendiri.
- Mature : Burung hantu yang sudah berusia tua, biasanya sudah agak susah untuk dilatih
https://barnowltrust.org.uk |
-Skill :
- FOF : Feed on Fist (memberi makan di atas tangan).
- JTTF : Jump to the Fist (melatih burung lompat ke tangan).
- FTFF : Fly to the fist (melatih burung terbang ke tangan).
- FF : Free fly (melatih burung terbang bebas).
- Batting (burung menjauh / terbang / loncat ketika didekati).
Itulah beberapa Istilah dalam dunia BOP/Burung Pemangsa Semoga Membantu dan Bermanfaat. Salam Nokturnal :)
Diadaptasi dari:
Istilah dalam dunia BOP/Burung Pemangsa
Sekarang banyak kita jumpai Burung Hantu
yang dijual di Online Shop ataupun Pasar Hewan. Dari ukuran kecil sampai jenis
burung hantu yang berukuran besar. Tidak ada yang melarang anda untuk
membelinya karena uang yang digunakan itu uang anda sendiri.
Tapi sebelum membeli,
ada baiknya dipikirkan dahulu beberapa hal berikut sebelum "keluhan"
datang terlambat.
1. Uang
Uang disini sangat penting, karena untuk perawatan burung hantu cukup membutuhkan banyak uang. Burung hantu adalah karnivor yang setiap hari butuh makan. Sebagai contoh, jenis Barn Owl (Tyto Alba). Dalam sehari, jenis ini biasanya bisa makan sampai 4 ekor anak ayam yang harga rata-rata seekor anak ayam kisaran Rp.3.000,-. Dengan begitu dalam sebulan anda harus menyisihkan uang sebesar Rp.360.000. Belum lagi anda membutuhkan equipment yang lain seperti :
1. Uang
Uang disini sangat penting, karena untuk perawatan burung hantu cukup membutuhkan banyak uang. Burung hantu adalah karnivor yang setiap hari butuh makan. Sebagai contoh, jenis Barn Owl (Tyto Alba). Dalam sehari, jenis ini biasanya bisa makan sampai 4 ekor anak ayam yang harga rata-rata seekor anak ayam kisaran Rp.3.000,-. Dengan begitu dalam sebulan anda harus menyisihkan uang sebesar Rp.360.000. Belum lagi anda membutuhkan equipment yang lain seperti :
-Glove yang harganya berkisar Rp.200.000-Rp.400.000
-Anklet-Jesse Rp.100.000-Rp.200.000
-Whistle/peluit untuk melatih Rp.70.000-Rp.100.000
-Tali creance/prusik untuk latihan fttf permeter Rp.3.000
(Tergantung jarak skill)
-Box (untuk membawa partner bepergian) Rp.120.000-Rp.350.000
Cukup fantastis bukan? Padahal itu belum mencakup
keseluruhan.
2. Waktu
Dibutuhkan waktu khusus untuk PDKT dengan partner (manning time), ada beberapa pendapat tentang waktu yang baik untuk PDKT. Yaitu Malam ketika sang Burung Hantu aktif dan itu waktu anda untuk tidur, ataupun siang saat Burung Hantu “ngantuk” dan itu waktu anda bekerja. Namun menurut pengalaman pribadi, waktu yang baik adalah Malam hari ketika si Burung Hantu aktif, dengan begitu kita tetap menjaga sifat alami mereka yang aktif dimalam hari (nokturnal)
3. Lingkungan
Sebaiknya dicek terlebih dahulu apakah keberadaan burung hantu kita akan mengganggu orang sekitar atau tidak,karena ciri khas dalam memelihara burung hantu yaitu cukup berisik, bau kotoran yang cukup “tercium”, dan aktivitas dimalam hari kita saat berinteraksi dengan burung hantu. Apakah itu semua akan mengganggu dan meresahkan orang sekitar anda?
2. Waktu
Dibutuhkan waktu khusus untuk PDKT dengan partner (manning time), ada beberapa pendapat tentang waktu yang baik untuk PDKT. Yaitu Malam ketika sang Burung Hantu aktif dan itu waktu anda untuk tidur, ataupun siang saat Burung Hantu “ngantuk” dan itu waktu anda bekerja. Namun menurut pengalaman pribadi, waktu yang baik adalah Malam hari ketika si Burung Hantu aktif, dengan begitu kita tetap menjaga sifat alami mereka yang aktif dimalam hari (nokturnal)
3. Lingkungan
Sebaiknya dicek terlebih dahulu apakah keberadaan burung hantu kita akan mengganggu orang sekitar atau tidak,karena ciri khas dalam memelihara burung hantu yaitu cukup berisik, bau kotoran yang cukup “tercium”, dan aktivitas dimalam hari kita saat berinteraksi dengan burung hantu. Apakah itu semua akan mengganggu dan meresahkan orang sekitar anda?
4. Kebersihan kotoran
Pikirkan dahulu apakah anda sanggup untuk membersihkan kotoran, rontokan bulu, dan sisa² pakan yang burung hantu makan setiap hari ??
Ya! karena jika tidak dibersihkan setiap hari baunya cukup mengganggu kita ataupun lingkungan disekitar kita.
5. Cek acara atau jadwal pribadi
Silakan dicek jadwal kita masing² kedepan, seperti :
(a) Sebentar lagi lebaran, owl mau ditaruh mana? Dititipkan siapa? Bisa dibawa mudik tidak?
(b) Bulan depan jadwal kuliah padat. Yang kasih makan siapa? Harus manning time dimalam hari dengan si burung hantu padahal besok kuliah jam 7.
(C) Kerja lembur terus, besok jadwal kerja rubah, banyak masuk malamnya, acara padat sampai beli pakan owl saja tidak bisa karena begitu sibuknya, dan lain sebagainya.
6.Ketersediaan pakan
Coba dipelajari jenis burung hantu yang dihandle itu pakannya apa saja, jika sudah paham akan pakannya,coba cek ada tidak yang jual pakannya. Karena disini kaitannya ketersediaan pakan harian si owl.
Percuma kita punya uang, tapi tidak ada yg jual pakan?
Itu beberapa hal agar "keluhan" tidak datang dikemudian hari. Sebenarnya masih banyak yang harus dimengerti lainnya.
Misalnya : Apakah mengganggu burung kicauan tidak,bagaimana kalau makan ayam tetangga,kalau pakan jenis A tdk ada boleh tidak dikasih tahu,voer ayam,dll.
Tapi semuanya dikembalikan ke diri masing-masing.
Ini sedikit tulisan dari saya, mungkin pendapat orang lain berbeda dari saya.
Dan ini hanya sebagian kecil ketika hendak memelihara Burung Hantu. Masih banyak hal lain yang juga perlu diperhatikan selain hal diatas. 6 hal diatas adalah alasan yang sering dijadikan "keluhan" saat memelihara Burung Hantu.
Diadaptasi dari :